Kamis, 10 Juni 2010
Selasa, 01 Juni 2010
BUKU JENDELA DUNIA
Buku untuk memperluas wawasan berpikir
Tahun 2010 ini pemerintah telah mncanangkan kembali bulan mei sebagai bulan buku nasional dan bulan september mendatang sebagai bulan gemar membaca. Dengan demikian diharapkan terpeliharanya klesinambungan upaya menuju masyaarakat dan keluarga indonesia yang gemar belajar dan membaca atau reading and learning society
Buku sebagai karya inteletual dan bernilai kultural memiliki keunggulan-keunggulan yang spesifik. Di dalam buku terhimpun secara selektif dan sistematis lebih banyak hasil pemikiran terbaik dan pengalaman manusia masa kini maupun masa lampau dibanding dengan yang ada di dalam media lainnya.
Sehingga para ahli mengatakan, buku merupakan alat komunikasi dan alat pendidikan barjangka panjang serta mungkin yang paling berpengaruh bagi perkembangan kebudayaan manusia. Almarhum bung hatta mengatakan bahwa, buku turut membentuk watak bangsa. Semakin modern suatu bangsa, semakin terasa di mana-mana persaingan yang keras dalam kehidupan. Ada semacam “common sense” (pendapat umum) di dalam masyarakat kita di masa depan yang lebih baik dan lebih mudah diraih justru oleh manusia yang berkualitas tinggi. Penyiapan generasi yang lebih berbobot berhubungan erat dengan pengembangan pengetahuan, wawasan berpikir serta ketahanan mental. Dalam korelasi yang demikian buku adalah wahana untuk memperluas wawasan berpikir sejak dari lingkungan pertama yang menentukan arah perjalanan hidup manusia yakni keluarga.
Peran buku sangat penting sebagai alat pendidikan untuk memperluas wawasan berpikir. Sebab lembaga pendidikan manapun dalam mendidik manusia ada batas waktu dan batas kurikulumnya. Di sinilah perlunya pembiasaan belajar mandiri yang sesuai dengan tuntutan nyata di masyarakat. Dalam pada itu wawasan berpikir hendaklah dilihat sebagai variabel yang tersendiri di luar jenjang pendidikan yang berhasil diselesaikan seseorang pada waktu dan tempat tertentu.
Kenyataan sering membuktikan bahwa tidak sedikit mereka yang meski tingkat pendidikannya tinggi tapi ilmunya sulit berkembang bahkan bisa tertinggal tidak memiliki budaya membaca efektif dan tidak dekat dengan buku sebagai media terdepan dan terpercaya mendambah ilmu pengetahuan. Begitu sebaliknya banyak orang-orang sukses di lapangan tertentu secara otodidak semata-mata karena giat menuntut ilmu melalui “bacaan” bukan karena pendidiakn formal yang melebihi orang lain.
Sebuah riset yang dilakukan Dr. Benjamin bloom dari universitas chicago, menunjukan bahwa 50 % intelektual muda di amerika serikat, adalah mereka yang aktif mengasah otaknya dengan membaca sebelum memasuki sekolah. Sementara anak-anak yang pasif, tak punya kegiatan membaca, memiliki kecenderungan miskin ilmu pengetahuan alias bodoh.
Peran buku menjadi amat strategis jika dikaitkan dengan pembudayaan di dalam keluarga yang merupakan titik tolak (strategi point) pembentukan kehidupan suatu bangsa. Ibu-bapak dalam keluarga perlu banyak belajar antara lain belajar melalui buku-buku yang relevan dan menunjang, agar kegagalan dan kekeliruan praktis dalam menyelenggarakan selengkapnya fungsi kehidupan keluarga maupun kesalahan dalam mendidik dan mengasuh anak sejauh mungkin dapat dihindari. Sudah tidak masanya lagi pembinaan nilai kehidupan dalam keluarga berlangsung menurut “apa adanya” saja tanpa dasar dan referensi atau sumber pengetahuan.
Budaya buku diakui oleh semua kalangan memang syarat mutlak bagi kemajuan suatu bangsa. Begitupula dengan perantaraan buku terjalinlah komunikasi antar generasi dalam rangka pelestarian idealisme kejuangan dan kebangunan suatu bangsa. Lewat buku, anak-anak bangsa yang lahir belakangan
Tahun 2010 ini pemerintah telah mncanangkan kembali bulan mei sebagai bulan buku nasional dan bulan september mendatang sebagai bulan gemar membaca. Dengan demikian diharapkan terpeliharanya klesinambungan upaya menuju masyaarakat dan keluarga indonesia yang gemar belajar dan membaca atau reading and learning society
Buku sebagai karya inteletual dan bernilai kultural memiliki keunggulan-keunggulan yang spesifik. Di dalam buku terhimpun secara selektif dan sistematis lebih banyak hasil pemikiran terbaik dan pengalaman manusia masa kini maupun masa lampau dibanding dengan yang ada di dalam media lainnya.
Sehingga para ahli mengatakan, buku merupakan alat komunikasi dan alat pendidikan barjangka panjang serta mungkin yang paling berpengaruh bagi perkembangan kebudayaan manusia. Almarhum bung hatta mengatakan bahwa, buku turut membentuk watak bangsa. Semakin modern suatu bangsa, semakin terasa di mana-mana persaingan yang keras dalam kehidupan. Ada semacam “common sense” (pendapat umum) di dalam masyarakat kita di masa depan yang lebih baik dan lebih mudah diraih justru oleh manusia yang berkualitas tinggi. Penyiapan generasi yang lebih berbobot berhubungan erat dengan pengembangan pengetahuan, wawasan berpikir serta ketahanan mental. Dalam korelasi yang demikian buku adalah wahana untuk memperluas wawasan berpikir sejak dari lingkungan pertama yang menentukan arah perjalanan hidup manusia yakni keluarga.
Peran buku sangat penting sebagai alat pendidikan untuk memperluas wawasan berpikir. Sebab lembaga pendidikan manapun dalam mendidik manusia ada batas waktu dan batas kurikulumnya. Di sinilah perlunya pembiasaan belajar mandiri yang sesuai dengan tuntutan nyata di masyarakat. Dalam pada itu wawasan berpikir hendaklah dilihat sebagai variabel yang tersendiri di luar jenjang pendidikan yang berhasil diselesaikan seseorang pada waktu dan tempat tertentu.
Kenyataan sering membuktikan bahwa tidak sedikit mereka yang meski tingkat pendidikannya tinggi tapi ilmunya sulit berkembang bahkan bisa tertinggal tidak memiliki budaya membaca efektif dan tidak dekat dengan buku sebagai media terdepan dan terpercaya mendambah ilmu pengetahuan. Begitu sebaliknya banyak orang-orang sukses di lapangan tertentu secara otodidak semata-mata karena giat menuntut ilmu melalui “bacaan” bukan karena pendidiakn formal yang melebihi orang lain.
Sebuah riset yang dilakukan Dr. Benjamin bloom dari universitas chicago, menunjukan bahwa 50 % intelektual muda di amerika serikat, adalah mereka yang aktif mengasah otaknya dengan membaca sebelum memasuki sekolah. Sementara anak-anak yang pasif, tak punya kegiatan membaca, memiliki kecenderungan miskin ilmu pengetahuan alias bodoh.
Peran buku menjadi amat strategis jika dikaitkan dengan pembudayaan di dalam keluarga yang merupakan titik tolak (strategi point) pembentukan kehidupan suatu bangsa. Ibu-bapak dalam keluarga perlu banyak belajar antara lain belajar melalui buku-buku yang relevan dan menunjang, agar kegagalan dan kekeliruan praktis dalam menyelenggarakan selengkapnya fungsi kehidupan keluarga maupun kesalahan dalam mendidik dan mengasuh anak sejauh mungkin dapat dihindari. Sudah tidak masanya lagi pembinaan nilai kehidupan dalam keluarga berlangsung menurut “apa adanya” saja tanpa dasar dan referensi atau sumber pengetahuan.
Budaya buku diakui oleh semua kalangan memang syarat mutlak bagi kemajuan suatu bangsa. Begitupula dengan perantaraan buku terjalinlah komunikasi antar generasi dalam rangka pelestarian idealisme kejuangan dan kebangunan suatu bangsa. Lewat buku, anak-anak bangsa yang lahir belakangan
TUNTUTLAH ILMU SAMPAI KE NEGERI CHINA
“Tuntutlah ilmu sampai ke negri China.” Maksud loch? Sabar Cin, nggak usah kaget gito kale ngedengernya. Meskipun ngomongin China, bukan berarti kita nggak cinta sama Indonesia loh. Tapi ini adalah hadits nabi tentang anjuran menuntut ilmu sejauh mungkin, sampe China kalau perlu.
Well, hadits yang diriwayatkan dari jalan Abu Atikah A’tikah Al Bashri, dari Anas Bin Malik ini bukan mau nunjukin kemuliayaan masyarakat China, yang beragam produknya dari mainan sampe jeruk ponkamnya yang beredar di pasar Tradisional sampai Mall kita, tapi ini beneran tentang motivasi belajar. Ask you know brow, kalimat ini mengajak kita untuk rajin nuntut ilmu. Yah walaupun ilmu yang mau kita ambil itu nan jauh di rantau sampai ngikutin jejak Ninja Hatori yang suka mendaki gunung lewati lembah segala buat ngeraihnya. Tapi yang jelas, kita harus tetap semangat dan punya tekad kuat buat ngejalaninya. Gimana tuh brow. Setuju gak?
Mau nggak mau pokoknya harus setuju yach. Kalo nggak, kita do’ain kamu buncit lima bulan nggak sembuh-sembuh, he he maksa....
Kalo dipikir, kenapa sich China yang harus jadi perumpamaan, bukan Mesir yang ada Cleopatra dan Firaunnya atau Roma yang ada Julius Caesar dan kisah Asterix-Obelix yang heboh abiz.
Secara ya, pada zaman Rasulullah aja, kebudayaan China udah maju banget, mulai dari kesusasteraan sampai cara pengobatan. Dan tahu nggak, Tembok Besar China yang panjangnya 8.850 km. dan dibangun pada masa Dinasti Ming (1368-1644). Hei, itu kan udah lama banget. Dan itu dibangun secara alami, alias sebelum teknologi komputerisasi berkembang pesat. Tapi lihat hasilnya, benteng yang dijadiin sebagai pelindung China dari serangan musuh ini masih berdiri kokoh sampe sekarang. Nah. Hal kayak gini nih yang perlu kita pelajari. Dan jadi alasan kuat kenapa mesti China?
Simak celoteh Ismail Sholeh yang kuliah di STKIP SETIA BUDHI. Do’i yang ngambil jurusan Bahasa Inggris ini, ngaku, nuntut ilmu itu emang penting banget meskipun harus pergi ratusan mil jauhnya. Selain emang kewajiban, menuntut ilmu juga buat kebutuhan. Soalnya nih kata dia, ilmu bisa merangkum kepentingan jangka panjang dan masa depan.
“ilmu itu bisa jadi investasi kita di masa yang akan datang. Ilmu itu banyak manfaatnya yang bisa jadi penerang buat hidup kita. Itulah kenapa ada pepatah yang menganjurkan kita. tuntutlah ilmu dari bayi sampai liang lahat,” kata cowok yang dikenal pendiam ini.
Sahabat. Something bernama belajar itu nggak kenal waktu en tempat. Pokokknya menembus batas ruang dan waktu. Beuh... kayak mesin waktu aja. Hihihihi......
Tapi sob. Hal ini emang bener kok. Belajar itu nggak pernah kenal batasan. Mau orang kaya, miskin, tua dan muda. semua punya kesempatan yang sama buat belajar, sampai kapanpun. Makanya, muncul pernyataan, carilah ilmu sampai ke negeri China. Yup!
Menurut Rosih Sunan Dewi, nuntut ilmu itu penting banget. “anak muda nggak boleh kalah sama orang yang tua. Kalo ibuku aja bisa S2, kenapa aku nggak?” ujar mahasiswi La-tansa Mashiro ini. Perlu diingat sob.. nggak ada yang abadi kecuali ilmu. Kekayaan dan kecantikan itu bisa habis dan nggak langgeng, tapi kalo ilmu bisa selalu bertambah. Keep your promise to study hurd okay....(Ndy/Radar)
Well, hadits yang diriwayatkan dari jalan Abu Atikah A’tikah Al Bashri, dari Anas Bin Malik ini bukan mau nunjukin kemuliayaan masyarakat China, yang beragam produknya dari mainan sampe jeruk ponkamnya yang beredar di pasar Tradisional sampai Mall kita, tapi ini beneran tentang motivasi belajar. Ask you know brow, kalimat ini mengajak kita untuk rajin nuntut ilmu. Yah walaupun ilmu yang mau kita ambil itu nan jauh di rantau sampai ngikutin jejak Ninja Hatori yang suka mendaki gunung lewati lembah segala buat ngeraihnya. Tapi yang jelas, kita harus tetap semangat dan punya tekad kuat buat ngejalaninya. Gimana tuh brow. Setuju gak?
Mau nggak mau pokoknya harus setuju yach. Kalo nggak, kita do’ain kamu buncit lima bulan nggak sembuh-sembuh, he he maksa....
Kalo dipikir, kenapa sich China yang harus jadi perumpamaan, bukan Mesir yang ada Cleopatra dan Firaunnya atau Roma yang ada Julius Caesar dan kisah Asterix-Obelix yang heboh abiz.
Secara ya, pada zaman Rasulullah aja, kebudayaan China udah maju banget, mulai dari kesusasteraan sampai cara pengobatan. Dan tahu nggak, Tembok Besar China yang panjangnya 8.850 km. dan dibangun pada masa Dinasti Ming (1368-1644). Hei, itu kan udah lama banget. Dan itu dibangun secara alami, alias sebelum teknologi komputerisasi berkembang pesat. Tapi lihat hasilnya, benteng yang dijadiin sebagai pelindung China dari serangan musuh ini masih berdiri kokoh sampe sekarang. Nah. Hal kayak gini nih yang perlu kita pelajari. Dan jadi alasan kuat kenapa mesti China?
Simak celoteh Ismail Sholeh yang kuliah di STKIP SETIA BUDHI. Do’i yang ngambil jurusan Bahasa Inggris ini, ngaku, nuntut ilmu itu emang penting banget meskipun harus pergi ratusan mil jauhnya. Selain emang kewajiban, menuntut ilmu juga buat kebutuhan. Soalnya nih kata dia, ilmu bisa merangkum kepentingan jangka panjang dan masa depan.
“ilmu itu bisa jadi investasi kita di masa yang akan datang. Ilmu itu banyak manfaatnya yang bisa jadi penerang buat hidup kita. Itulah kenapa ada pepatah yang menganjurkan kita. tuntutlah ilmu dari bayi sampai liang lahat,” kata cowok yang dikenal pendiam ini.
Sahabat. Something bernama belajar itu nggak kenal waktu en tempat. Pokokknya menembus batas ruang dan waktu. Beuh... kayak mesin waktu aja. Hihihihi......
Tapi sob. Hal ini emang bener kok. Belajar itu nggak pernah kenal batasan. Mau orang kaya, miskin, tua dan muda. semua punya kesempatan yang sama buat belajar, sampai kapanpun. Makanya, muncul pernyataan, carilah ilmu sampai ke negeri China. Yup!
Menurut Rosih Sunan Dewi, nuntut ilmu itu penting banget. “anak muda nggak boleh kalah sama orang yang tua. Kalo ibuku aja bisa S2, kenapa aku nggak?” ujar mahasiswi La-tansa Mashiro ini. Perlu diingat sob.. nggak ada yang abadi kecuali ilmu. Kekayaan dan kecantikan itu bisa habis dan nggak langgeng, tapi kalo ilmu bisa selalu bertambah. Keep your promise to study hurd okay....(Ndy/Radar)
Langganan:
Postingan (Atom)